Sebagian besar Warga Pribumi menganggap Rezim Orde Baru dibawah Pimpinan Pak Harto tidak membenci orang Tioghoa, Liem Swie Liong alias Sudono Salim, Bob Hasan dan masih
banyak orang beretnis Tionghoa lain yang disayang dan dimanja pemerintah
orde baru.
Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia merupakan warisan
sejarah masa lampau ketika Belanda menerapkan politik divide et impera.
Politik memecah belah Belanda itu dilakukan dengan cara membagi penduduk
Nusantara dalam tiga golongan: Eropa, Timur asing seperti Tionghoa,
India, dan Arab, dan pribumi. Pembagian itu diatur dalam Pasal 163
Indische Staatsregeling. Di antara ketiga golongan itu, pribumilah yang
paling jauh ketinggalan, baik secara ekonomi maupun sosial. Perbedaan
tersebut dipergunakan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengadu-domba
dengan menggambarkan seolah-olah pribumi itu inferior, tidak jujur,
bodoh, dan selalu memusuhi etnis Tionghoa. Sebaliknya, etnis Tionghoa
digambarkan sebagai suatu komunitas yang licik, eksklusif, kikir, dan
serigala ekonomi. Politik ini membuat secara di bawah sadar timbul
kebencian yang mendalam dari golongan pribumi terhadap etnis Tionghoa.Sebagian Warga Pribumi mengatakan bahwa Pak Harto membenci Etnis Tioghoa hanyalah kamuflase, hai kawan sebenarnya mereka hidup dari kalangan tionghoa,
tapi malu ketahuan rakyat. Jadi di luar sikapnya seolah-olah benci.
Padahal mereka dipelihara, karena upetinya besar2 ke pejabat waktu itu.
Lihat aja waktu itu Salim grup menjadi konglomerat no 5 terkaya di
dunia.Selanjutnya apa Komentar Anda mengenai Benarkah rezim orde baru begitu benci dengan suku Tionghoa?, Wallahhu'alam.
Sumber: Diambil dari berbagai Media yang diolah menjadi Tulisan Artikel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar