Dosa-Dosa Dahlan Iskan
Dahlan dicurigai melakukan
korupsi di PLN. Tak ayal, Serikat Pekerja PT. PLN, Perhimpunan Rakyat Pekerja
dan FPPC langsung melayangkan aksi demo kepada mantan Dirut PLN tersebut.
Berbagi Buruh dalam aksi serentak mendukung pemeriksaan Dahlan Iskan atas
indikasi korupsi untuk kepentingan partai penguasa.
“Saya
mau bilang Dalang Iskan terpilih (menjadi Dirut PLN) karena satu-satunya yang
mendukung privatisasi. Privatisasi tersebut adalah ancaman bagi buruh Indonesia. Itu merupakan program kaum
kapitalis,” Koorlap
Aksi, Riza Fauzi.
Nama
Dahlan Iskan juga sempat disebut-sebut terpidana kasus korupsi Muhammad
Nazaruddin. Dugaan ini sama dengan apa yang di duga oleh Serikat Pekerja (SP)
PLN.
“Dengan
demikian, apalagi yang perlu diperdebatkan dari peristiwa terakhir terungkapnya
kasus Nazaruddin yang menyatakan bahwa PT. PLN (Persero) menyetor ke partai
Demokrat dari proyek PLTU Riau dan PLTU Kalimantan Timur sebesar 5% dari total
cost berdasarkan perkataan Nazaruddin”
“Apalagi PLN mendapatkan anggaran
Rp 200 Triliun per tahun.”
Tidak
sampai disitu, hasil audit BPK tahun 2011 mengungkap bahwa di tahun 2010 Dahlan
Iskan melakukan inefisiensi perusahaan dengan kerugian negara bertambah yaitu tahun 2009 inefisiensi
sebesar Rp 17,90 Triliun dan tahun
2010 sebesar Rp 19,70
Triliun. Alhasil, jajaran direksi PLN dituding pihak Serikat Pekerja PLN menerima dana tantiem
yang jumlahnya sangat besar dimana PLN dalam keadaan merugi pada saat itu.
2. Dibawah Dahlan Iskan, PT.
PLN merugi miliaran rupiah.
Menurut tulisan Republika.co.id,
di bawah kepemimpinan
Dahlan Iskan, PT. PLN ternyata merugi. Bahkan bersama menteri BUMN itu,
laba bersih PLN di 2011 tergerus
hingga 28,74% menjadi Rp.7,19 Triliun dari tahun 2010 sebesar Rp.10,09 Triliun.
3. Dahlan tergolong orang
yang plin-plan.
Ketika
reshuffle kabinet jilid II mencuat, nama Dahlan masuk dalam bursa calon
menteri. Dahlan pun diminta tanggapan atas isu masuknya nama beliau kedalam
bursa menteri, dan dia secara tegas menolak menjadi menteri.
“Kalau
mengabdi di PLN itu jelas. Hasilnya juga bisa dirasakan langsung oleh rakyat.
Saya ingin menyelesaikan tugas saya sampai seluruh wilayah Indonesia
benar-benar teraliri listrik dan tidak ada lagi yang namanya byar-pet”
Ketika
ditanya lagi apakah dia bersedia dipromosikan menjadi menteri ESDM atau Meneg
BUMN. Secara tegas dia menolak lagi.
“Saya
lebih suka menjadi Dirut PLN”
Melihat
semua pernyataan Dahlan tersebut, maka bisa ditau bahwa Dahlan itu MALU TAPI
MAU. Bahkan ketika dicalonkan sebagai Dirut PLN, Dahlan juga sempat berujar di
hotel Ritz Carlton saat temu wartawan.
“Sebenarnya
saya rugi kalau jadi (Dirut PLN). Saya kehilangan kebebasan. Istri saya juga
ikut protes. Lagi pula PENGHASILANNYA PUN TIDAK LEBIH BESAR”
4. Dahlan Iskan sempat
dilaporkan ke komnas HAM oleh Serikat Pekerja (SP) PLN karena diduga mengusir
anggota SP PLN dari kantor mereka secara paksa.
“Tadi
malam itu, Dahlan Iskan mengerahkan preman bersama aparat kepolisian, tiba-tiba
menjarah kantor sekretariat
SP. Tiba-tiba semua barang diangkat, jumlah orangnya banyak sedangkan anggota
SP hanya ada lima orang jadi tidak bisa apa-apa” ujara juru bicara SP PLN,
Ahmad Daryoko.
5. Dahlan Iskan melanggar
prosedur dalam pengangkatan pejabat BUMN.
Dahlan
Iskan telah mengangkat Ismed H. Putro menjadi Dirut PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dimana Ismed sendiri adalah
mantan wartawan Jawa Pos dan mengangkat
Megananda sebagai Dirut Holding PTPN yang notabene adalah seorang koruptor.
Prosedur
dan indikasi kecurangan pun tercium dalam pemilihan Megananda sebagai Dirut
Holding PTPN. Dahlan sudah melanggar prosedur kepmen BUMN, dimana umur
Megananda pada saat itu adalah 61 tahun sedangkan usia maksimal direksi BUMN
adalah 56 tahun.
Alhasil,
Dahlan berusaha cuci tangan dan tidak mau bertanggung jawab bahkan menyalahkan
wamen Meneg BUMN Mahmudin Yasin karena memberikan masukan dan informasi yang
salah. Sebagai informasi, Ketika Megananda mengikuti TPA agar menjadi deputi
Meneg BUMN, ada belasan cacatnya yang dicatat BIN. Bagaimana mungkin menteri
sekelas Dahlan Iskan tidak mengetahui hal tersebut? Tidak sampai disitu, Dahlan
Iskan juga mengangkat Patrialis Akbar yang merupakan kader PAN sebagai
komisaris utama PT. Tambang Bukit Asam. (Persero). Padahal, penempatan kader
politik di perusahaan BUMN ber plat merah sudah melanggar peraturan pemerintah
no. 45 tahun 2005 dan UU no. 19 tahun 2003 tentang BUMN. Sebagai catatan juga,
kakak kandung Patrialis Akbar yakni Syarlinawati Akbar juga menjabat sebagai
komisaris BUMN PT. Semen Padang.
6. Dahlan Iskan terkait dugaan korupsi buku Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan
di Jember.
Buku yang tersangkut kasus korupsi DAK pendidikan 2010 disuplai oleh
JPbooks atau PT. Jepe Press Media Utama. Tidak banyak yang tahu bahwa dua
perusahaan tersebut adalah milik Jawa Pos Group yang dikomandani oleh Yunasa
yang tak lain adalah saudara Dahlan Iskan ketika masih menjabat sebagi CEO Jawa
Pos Group. Seperti diketahui, harian Jawa Pos sendiri kelihatannya sempat
kecolongan dengan ikut memberitakan temuan kejari Jember terkait kasus korupsi
DAK pendidikan (Jawa Pos, 10 Maret 2011), namun setelah berita tersebut berita
yang menarik itu tidak lagi muncul di Jawa Pos.
Itulah beberapa kelakuan buruk dan beberapa “dosa” yang diindikasikan kepada Dahlan Iskan. Kita terlalu berlebihan menilai Dahlan Iskan hanya karena hal biasa yang dilakukannya. Jangan melihat semua itu dari jabatannya, tapi lihatlah itu sebagai kewajiban Dahlan. Ingat, JANGAN MENILAI ORANG DARI PENAMPILANNYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar