Dinasti SBY
—————
Susilo Bambang Yudhoyono (presiden)
Agus Harimurti /anak (anggota TNI Aktif)
Edhie Baskoro / anak (mantan anggota DPR RI – mengundurkan diri karena ketahuan mangkir rapat DPR)
Pramono Edhie Wibowo / ipar (mantan KSAD)
Hartanto Edhie Wibowo / ipar (Anggota DPR RI)
Hatta Rajasa / besan (Menteri Koordinator Perekonomian )
Aulia Pohan / besan (Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia - pernah dipenjara karena kasus korupsi)
(dari berbagai sumber)
—————–
Nama-nama tersebut diatas adalah Dinasti dari
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mulai dari anaknya-anaknya,
ipar-iparnya (adik dari istri SBY) sampai besan saat ini sedang atau
pernah menjabat diberbagai sektor pemerintahan, mulai dari anggota DPR,
Menteri,Gubernur BI bahkan sampai anggota TNI.
Mungkin Pak Presiden sedang lupa atau gimana yang
ternyata banyak anggota keluarganya juga memegang/pernah menjabat
berbagai jabatan baik di pemerintahan maupun sebagai anggota DPR. Karena
lupa itulah pada hari Jum’at (11/10/13) SBY di Istana Merdeka
menyampaikan pesan kepada rakyat indonesia atas isu hangat yang beredar
di media sosial tentang dinasti politik di pemerintahan daerah.
Seolah-olah menyindir Ratu Atut yang dari partai
Golkar, SBY pun memberi wejangan panjang lebar di Istana Negara, berikut
adalah sentilannya itu :
“Saya memantau apa yang sedang dibicarakan
utamanya di media sosial, saya tadi juga berkomunikasi dengan Mendagri
munculnya sejumlah kasus di daerah yang melibatkan pejabat-pejabat
daerah dan ternyata pejabat-pejabat di daerah itu memiliki kekerabatan”
kata SBY
“Saya ingatkan sekali lagi kepada jajaran
pemerintahan dan seluruh rakyat Indonesia, meskipun UUD maupun UU tidak
pernah membatasi siapa menjadi apa posisi di pemerintahan, apakah
ayah, ibu, anak, adik itu menduduki posisi-posisi di jajaran
pemerintahan, tetapi saya kira kitalah yang mesti memiliki norma batas
kepatutan yang patut itu seperti apa, yang tidak patut juga seperti
apa,” tegas SBY.
“Godaanya besar, bisa terjadi penyimpangan di
sana-sini. Saya mengingatkan, desentralisasi di daerah-daerah begitu
besar, kekuasaan gubernur, bupati juga begitu besar. Sebelum
diberlakukannya desentralisasi daerah maka sekali lagi hati-hati dalam
kekuasaan. Yang patut. Jika tidak patut besar godaannya, bila satu
keluarga yang satu sama lain untuk disalahgunakan,” tekan SBY.
“Kewajiban saya sebagai Presiden mengingatkan. Sekali lagi jangan
hanya karena UUD tidak melarang, UU tidak melarang, tapi kita yang
memilih pilihan yang patut dan pilihan yang bijak,” jelas dia. (sumber)
Dengan sentilan dan sindiran yang tajam itu,
mungkin pak SBY lupa kalau besannya adalah Menko Perekonomian, dan adik
iparnya adalah Anggota DPR, tentu saja dari partai Demokrat. Mungkin
Bapak SBY juga lupa bahwa putra kesayangannya juga anggota DPR yang
tertangkap tangan titip absen yang karena malu akhirnya mengundurkan
diri. Mungkin SBY juga masih lupa kalau adik iparnya yang lain baru saja
meletakkan jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat yang saat ini
bahkan maju menjadi peserta konvensi calon presiden dari partai demokrat
yang dipimpin sendiri oleh Bapak Presiden.
Seharusnya orang-orang terdekat dari bapak presiden
mengingatkan tentang jabatan kerabat presiden tersebut dari pada
nantinya bapak presiden menjadi malu, dan akhirnya malah marah-marah di
depan televisi dengan dikerubutin para wartawan dan ujung-ujungnya
menjadi prihatin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar