SERIKAT PEKERJA NASIONAL

SERIKAT PEKERJA NASIONAL
BERJUANG UNTUK KEPENTINGAN KAUM BURUH

Sabtu, 04 Januari 2014

Dinasti SBY

Dinasti SBY

—————
Susilo Bambang Yudhoyono (presiden)
Agus Harimurti /anak (anggota TNI Aktif)
Edhie Baskoro / anak (mantan anggota DPR RI – mengundurkan diri karena ketahuan mangkir rapat DPR)
Pramono Edhie Wibowo / ipar (mantan KSAD)
Hartanto Edhie Wibowo / ipar (Anggota DPR RI)
Hatta Rajasa / besan (Menteri Koordinator Perekonomian )
Aulia Pohan / besan (Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia - pernah dipenjara karena kasus korupsi)
(dari berbagai sumber)
—————–
Nama-nama tersebut diatas adalah Dinasti dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mulai dari anaknya-anaknya, ipar-iparnya (adik dari istri SBY) sampai besan saat ini sedang atau pernah menjabat diberbagai sektor pemerintahan, mulai dari anggota DPR, Menteri,Gubernur BI bahkan sampai anggota TNI.
Mungkin Pak Presiden sedang lupa atau gimana yang  ternyata banyak anggota keluarganya juga memegang/pernah menjabat berbagai jabatan baik di pemerintahan maupun sebagai anggota DPR. Karena lupa itulah pada hari Jum’at (11/10/13) SBY di Istana Merdeka menyampaikan pesan kepada rakyat indonesia atas isu hangat yang beredar di media sosial tentang dinasti politik di pemerintahan daerah.
Seolah-olah menyindir Ratu Atut yang dari partai Golkar, SBY pun memberi wejangan panjang lebar di Istana Negara, berikut adalah sentilannya itu :
“Saya memantau apa yang sedang dibicarakan utamanya di media sosial, saya tadi juga berkomunikasi dengan Mendagri munculnya sejumlah kasus di daerah yang melibatkan pejabat-pejabat daerah dan ternyata pejabat-pejabat di daerah itu memiliki kekerabatan” kata SBY
“Saya ingatkan sekali lagi kepada jajaran pemerintahan dan seluruh rakyat Indonesia, meskipun UUD maupun UU tidak pernah membatasi siapa menjadi apa posisi di pemerintahan, apakah ayah, ibu, anak, adik itu menduduki posisi-posisi di jajaran pemerintahan, tetapi saya kira kitalah yang mesti memiliki norma batas kepatutan yang patut itu seperti apa, yang tidak patut juga seperti apa,” tegas SBY.
“Godaanya besar, bisa terjadi penyimpangan di sana-sini. Saya mengingatkan, desentralisasi di daerah-daerah begitu besar, kekuasaan gubernur, bupati juga begitu besar. Sebelum diberlakukannya desentralisasi daerah maka sekali lagi hati-hati dalam kekuasaan. Yang patut. Jika tidak patut besar godaannya, bila satu keluarga yang satu sama lain untuk disalahgunakan,” tekan SBY.
“Kewajiban saya sebagai Presiden mengingatkan. Sekali lagi jangan hanya karena UUD tidak melarang, UU tidak melarang, tapi kita yang memilih pilihan yang patut dan pilihan yang bijak,” jelas dia. (sumber)
Dengan sentilan dan sindiran yang tajam itu, mungkin pak SBY lupa kalau besannya adalah Menko Perekonomian, dan adik iparnya adalah Anggota DPR, tentu saja dari partai Demokrat. Mungkin Bapak SBY juga lupa bahwa putra kesayangannya juga anggota DPR yang tertangkap tangan titip absen yang karena malu akhirnya mengundurkan diri. Mungkin SBY juga masih lupa kalau adik iparnya yang lain baru saja meletakkan jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat yang saat ini bahkan maju menjadi peserta konvensi calon presiden dari partai demokrat yang dipimpin sendiri oleh Bapak Presiden.
Seharusnya orang-orang terdekat dari bapak presiden mengingatkan tentang jabatan kerabat presiden tersebut dari pada nantinya bapak presiden menjadi malu, dan akhirnya malah marah-marah di depan televisi dengan dikerubutin para wartawan dan ujung-ujungnya menjadi prihatin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar